Rabu, 21 Oktober 2009

potensi antibiotik dua dosis

PENENTUAN POTENSI SAMPEL ANTIBIOTIKA DI PASARAN TERHADAP ANTIBIOTIKA STANDAR

I. TUJUAN
Menentukan besarnya potensi sampel antibiotika di pasaran terhadap antibiotika standar.

II. PRINSIP
Membandingkan lebar diameter hambat ( zona bening) yang dihasilkan oleh antibiotika di pasaran terhadap standar.

III. TEORI
Antibiotika atau antimikroba ialah zat-zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama golongan fungi (jamur), yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Suatu obat antibiotika yang ideal menunjukkan toksisitas yang selektif. Istilah ini berarti bahwa obat tersebut haruslah bersifat sangat toksis untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksis (dalam konsentrasi yang dapat ditoleransi) terhadap hospes (Setiabudi, 1995).
Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon). Antibiotika yang akan digunakan untuk membunuh mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang tinggi.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang menghambat pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotika tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudi, 1995).
Berdasarkan perbedaan sifatnya antibiotika dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu berspektrum sempit dan berspektrum luas. Antibiotika spektrum luas cenderung menimbulkan resistensi. Dilain pihak pada septikemia yang penyebabnya belum diketahui diperlukan antibiotika yang berspektrum luas sementara menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik (Setiabudi, 1995).
Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotika dibagi dalam 4 kelompok :
a) Kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis dinding sel, seperti Basitrasin, Sefalosporin, Sikloserin, Penisilin, Vankomisin.
b) Kerja antibiotika melalui pengambatan fungsi membrane sel, seperti: Amfoterisin B, Kolistin, Imidazol, Nistatin, Polimiksin.
c) Kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis asam nukleat, seperti: Novobiosin, Pirimetamin, Sulfonamid, Trimetropin (Setiabudi, 1995).
Berdasarkan sasaran kerja dikelompokkan kepada:
a) Antibiotika yang bekerja terhadap bakteri basil Gram positif, yaitu:
• Penisilin semi sintetik yang resisten terhadap penisilinase, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan.
• Makrolida basitrasin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
b) Antibiotika yang efektif terhadap basil aerob Gram negatif, yaitu:
• Aminoglikosida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
• Polymiksin
c) Antibiotika yang relatif memiliki spektrum kerja yang luas (terhadap basil Gram negatif dan positif), yaitu:
• Ampisilin
• Sefalosporin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri (Setiabudi, 1995).
Rifampisin
Rifampisin merupakan senyawa antimikroba yang sampai saat ini masih menjadi pilihan sebagai obat anti TB (Tuberculosis). Dalam sediaan, rifampisin sering dikombinasikan dengan INH dan etambutol untuk mencapai efek farmakologi yang lebih baik. Bentuk sediaan yang banyak ditemukan diperdagangan umumnya tablet, kapsul atau kaplet, baik tunggal maupun kombinasi. Efek farmakologi rifampisin sebagai anti tuberkulotik berlangsung melalui mekanisme kerja penghambatan polimerase RNA yang bergantung pada DNA bakteri. Spektrum kerjanya luas, disamping terhadap mikobakteri, juga efektif terhadap sejumlah bakteri gram positif dan negatif (Mutschler, 1996).
Suhu lebur rifampisin adalah 183-188oC (dengan metode pipa kapiler). Analisis termal menggunakan DSC dengan kecepatan pemanasan 10oC per menit, teramati adanya puncak kurva endotermik pada suhu 193oC. Suhu tersebut adalah suhu lebur rifampisin, yang segera diikuti dengan kurva eksotermik akibat rekristalisasi leburan, kemudian dekomposisi eksotermik pada suhu sekitar 240oC (Henwood, 2000).
Dalam larutan basa rifampisin mudah teroksidasi dengan adanya oksigen atmosfer. Reaksi ini dapat dicegah dengan penambahan natrium askorbat sebagai anti oksidan. Disimpan dalam wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat terlindung dari panas berlebihan (Florey, 1976).
Suatu antibiotika perlu ditentukan potensinya karena efek penggunaan antimikroba yang meningkat, sehingga meningkatkan pula efek resistensi berbagai mikroba patogen. Efektivitas daya hambat atau daya bunuh antimikroba sangat tergantung pada jumlah dan kekuatan zat aktifnya (singgih, 2007).
Kadar merupakan jumlah per satuan berat/volume. Potensi merupakan ukuran kekuatan / daya hambat atau daya bunuh zat aktif terhadap mikroorganisme tertentu. Berdasarkan farmakope indonesia edisi IV (1995), estimasi dari potensi antibiotik melalui perbandingan langsung antara sampel (antibiotik uji) dengan antibiotik standar yang telah disahkan penggunaannya, terkalibrasi dengan baik, dan umum digunakan sebagai rujukan. Tujuan diadakannya uji potensi antibiotik ini sebagai standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya kativitas (potensi) antibiotik terhadap efek daya hambatnya pada mikroba (Singgih, 2007).
Metode umum dalam uji potensi antibiotik antara lain :
1. Metode lempeng (silinder/kertas cakram)
Metode ini didasarkan pada difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada jumlah tertentu. Sediaan antibiotika menghambat pertumbuhan mikroba yang ada pada lempeng agar (Singgih, 2007).
2. Metode turbidimetri
Hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serbasama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik metode turbidimetri dilakukan pada sampel yang sulit larut dalam air, contohnya : gramisidin (Singgih, 2007).
Bacillus Subtilis
Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop nampak Bacillus subtilis berbentuk basil (batang) dan merupakan bakteri gram positif. Jenis ini memiliki endospora yang letaknya di tengah. Bacillus subtilis merupakan bakteri yang berbentuk batang yang Gram-positif. Bakteri ini tersusun atas peptidoglycan, yang merupakan polimer dari sugars dan asam amino. Peptidoglycan yang yang ditemukan di bakteri yang dikenal sebagai murein. Sel membentuk tembok penghalang antara lingkungan dan bakteri sel yang berguna untuk mempertahankan bentuk sel dan withstanding sel yang tinggi internal tekanan turgor (Fajriana, 2008).
Habitat endospora bakteri ini adalah tanah. Mikroba tersebut dalam bentuk spora yang kekurangan nutrisi. Organisme ini dapat menghasilkan antibiotik selama sporulation. Contohnya polymyxin, difficidin, subtilin, dan mycobacillin. Banyak dari mikroba Bacillus dapat menurunkan Polymers seperti protein, pati, dan pektin, sehingga bakteri ini merupakan penyumbang penting kepada siklus karbon dan nitrogen. Akan tetapi apabila terkontaminasi, dapat menyebabkan pembusukan. Berdasarkan pewarnaan sel vegetatif didapatkan warna kemerahan dan warna endosporanya adalah hijau (Fajriana, 2008).


Klasifikasi Bacillus subtilis.
Kingdom : Bakteri
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Order : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus subtilis (Fajriana, 2008)
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
• Tabung reaksi besar
• Cawan petri
• Rak tabung
• Volum pipet 1 ml dan 10 ml
• Botol vial
• Kompor spiritus
• Spatel
• Pinset
• Mikropipet
• Perforator
• Inkubator
• Jangka sorong
Bahan :
• Rifampisin standar
• Rifampisin sampel
• Suspensi bakteri Bacillus Subtilis
• Aquades steril
• Larutan desinfektan

V. PROSEDUR

VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Tabel Pengamatan
Cawan Petri Sampel (mm) Baku (mm)
SR ST BR BT
I 1,521 2,065 1,55 1,88
II 1,565 2,265 1,42 2,05
III 1,5825 1,985 1,575 2,14
Jumlah 4,6685 6,315 4,545 6,07
Rata -rata 1,5562 2,105 1,515 2,023

Perhitungan
Perhitungan yang diinginkan log 2
Konsentrasi Rifampisin dalam botol vial = 1000 g
Konsentrasi yang diinginkan dalam tabung reaksi 1 = 100 g
V1 . N1 = V2 . N2
1 ml . 1000 g = V2 . 500 g
V2 = 2mL (Volume Rifampisin yang diambil dari botol vial 1 ml + 1 ml aquades)
Konsentrasi yang diinginkan dalam tabung reaksi 2 = 50 g
V1 . N1 = V2 . N2
1ml . 100 g = V2 . 50 g
V2 = 2 mL (Volume rifampisin yang diambil dari tabung reaksi 1 sebanyak 1 ml + 1ml aquades)
PERHITUNGAN POTENSI





log θ = 0,035
θ = x 100%
Jadi potensi tetrasiklin 2 terhadap baku adalah %



VII. PEMBAHASAN

VIII. KESIMPULAN






IX. DAFTAR PUSTAKA

Setiabudi.1995.Pengantar Antimikroba. Jakarta: Gaya Baru
Florey, K., 1976, Analytical Profiles of Drugs Substances, volume V, Academic Press, New York,
San Francisco, London, 470 – 505.
Henwood, S.Q., M. M. De Villeiers, W. Liebenberg, A.P. Lötter, 2000, Solubility and dissolution
properties of generic rifampicin raw material, Drug Development and Industrial
Pharmacy, Vol 26 No.4, 403-408.
Mutschler E., 1996, Arzneimittelwirkungen, 7 neu bearbeitete Auflage, Wissenschaftliche
Verlagsgeselschaft mbH Stuttgart, 702-703.
Rizki fajriana http://qi206.wordpress.com/ 2008
Singgih, Maria. 2007. Uji pootensi antibiotik. http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1990-sudding-1734

















LAMPIRAN
Cawan 1

Cawan 2

Cawan 3

Tidak ada komentar: