Kamis, 26 Agustus 2010

Urgensi Tatsqif

penting gak sih tatsqif?

apaan sih tatsqif tuh?


nah, biar lebih semangat lagi dateng ke tatsqif, ta'lim dan sejenisnya...
saya share-kan ke temen2 semua sebuah artikel dari dakwatuna.com, ttg tatsqif...chekidot


Urgensi Tatsqif dan Ta’lim Bagi Aktivis Dan Masyarakat Fiqih Dakwah

8/3/2009 | 12 Rabiul Awwal 1430 H | Hits: 4.541

Oleh: Samin Barkah, Lc


Urgensi Ilmu Bagi Muslim


1. Kunci setiap amal


dakwatuna.com – Kesesuaian perbuatan dengan aturan syariat Islam menjadi salah satu syarat diterimanya amal perbuatan. Demikian komentar Fudhail bin ‘Iyadh ketika beliau ditanya tentang ayat “ayyukum ahsanu ‘amala”. Beliau mengatakan bahwa amal yang paling baik adalah amal yang paling ikhlas karena Allah dan amal yang dilakukan paling sesuai dengan tatacara syariat Islam. Untuk sesuai dengan syariat Islam, maka seorang muslim harus memahami ajaran Islam. Semakin luas dan dalam pemahamannya terhadap ajaran Islam, semakin baik nilai perbuatannya.


Ilmu tentang ajaran agama juga menjadi modal bagi seseorang untuk mendapatkan tujuan hidupnya. Rasulullah saw. menegaskan dalam sabdanya:

“Barang siapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah dia memiliki ilmunya. Barang siapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dia memiliki ilmunya. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dia memiliki ilmu”

Ilmu sebelum beramal sangat penting. Kita harus mengetahui apa yang akan kita kerjakan. Kalau tidak, kita akan terjerumus kepada bid’ah ataupun kesyirikan. Bid’ah lebih disenangi syaitan ketimbang maksiat, karena orang yang berbuat maksiat merasa dirinya berbuat maksiat dan ada harapan untuk bertobat, sedangkan pelaku bid’ah merasa bahwa dirinya sedang beribadah kepada Allah. Harapan untuk bertobat dari bid’ahnya sangat kecil sebab ia tidak merasa berbuat salah.


2. Memberikan bobot pekerjaan



Nilai perbuatan seseorang ditentukan dengan ilmu, sehingga antara perbuatan orang yang berilmu dengan perbuatan orang yang tidak berilmu akan berbeda nilainya di sisi Allah. Allah berfirman:


Katakanlah (hai Muhammad), “Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui…”. (Az-Zumar: 9)

Tentunya muslim yang tahu tatacara ibadah shalat akan mendapatkan pahala yang berbeda dengan muslim yang shalatnya hanya ikut-ikutan saja atau hanya mengikuti gerakan imam, sedangkan dia sendiri tidak arti bacaannya dan tatacara shalat yang dituntun Islam.


3. Ilmu dan hikmah adalah suatu kebaikan yang Allah berikan kepada hamba-Nya




Setiap kita pasti ingin mendapat kebaikan dari Allah. Karena itu segala sarana yang dapat kita lakukan untuk mendapatkannya, pasti akan kita lakukan. Allah berfirman:

“Hikmah itu akan diberikan kepada orang yang dikehendaki Allah. Barang siapa yang telah diberikan hikmah, sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang banyak.” (Al-Baqarah: 269)

Hikmah atau ilmu didapatkan dengan belajar, baik belajar mandiri atau menerima pelajaran dari muwajjih atau ustadz atau guru atau dari mana saja. Semakin banyak ilmu atau hikmah yang didapat, sesungguhnya semakin banyak juga kebaikan yang ia dapatkan. Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan memberikan pemahaman yang dalam terhadap agamanya”. (Bukhari-Muslim)


4. Beda ilmu dengan rezki




Allah telah memerintahkan manusia untuk terus belajar. Di antara ayat yang memerintahkan belajar adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Rasulullah saw. juga mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan kalau mesti sampai ke negeri Cina. Di antara hadits yang memerintahkan umat Islam untuk belajar dan menuntut ilmu adalah:

“Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban atas tiap muslim dan muslimah.” (H.R. Bukhari dan Ibnu Majah)

Dalam doa, Rasulullah saw. mengajarkan umatnya untuk meminta ditambahkan ilmu pengetahuan. Artinya bahwa manusia dapat menjadi lebih baik dan mendapatkan kebaikan yang banyak jika senantiasa menambah ilmu dan wawasan keislamannya. Kebaikan untuk dunia dan kebaikan untuk akhirat dapat diraihnya dengan luas dan dalam ilmunya. Semakin luas wawasan dan tsaqafahnya, semakin baik kehidupannya.

Lain halnya dengan rezki, Rasulullah saw. mengajarkan untuk berdoa agar rezki yang umatnya dapatkan diberikan keberkahan dari Allah. Hakikat rezki adalah pemberian jatah dari Allah yang sudah ditetapkan Allah sejak zaman azali. Manusia tidak diperintahkan memohon agar rezkinya ditambah, karena tiap manusia sudah dijatah bagiannya, tidak kurang dan tidak lebih.


5. Keutamaan menuntut dan memiliki ilmu




Keutamaan menuntut ilmu sangat banyak sekali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab “Buah Ilmu” menerangkannya hingga 129 poin keutamaan ilmu. Berikut adalah di antara keutamaan menuntut ilmu.

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

“Barang siapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (H.R. Muslim)

“Barang siapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada di jalan Allah hingga kembali.” (H.R. Tirmidzi)

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

“Barang siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam masalah agama.” (H.R. Bukhari)

Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal rahimahullah mengatakan:

“Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhannya kepada makanan dan minuman, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dalam sehari satu atau dua kali, sedang ilmu dibutuhkan setiap saat.”

Imam Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim rahimahullah dalam kitab “Al-Jami’ush Shahih” atau terkenal dengan nama kitab “Shahihul Bukhari” menulis, “Bab Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.” Dalilnya adalah firman Allah dalam surat Muhammad ayat 19:

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan mohonlah ampun atas dosamu.”


Metode menuntut ilmu atau menambah tsaqafah islamiyah:


Segala macam metode boleh digunakan selama metode tersebut tidak dilarang Syariat Islam. Di antara metode yang dapat digunakan adalah:


1. Mengikuti program tatsqif



Program tatsqif dibuat untuk memenuhi kebutuhan aktivis akan peningkatan tsaqafah islamiyah untuk menjadi modal bagi aktivis dalam menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal dalam melaksanakan proses tarbiyah di halaqah serta juga sebagai modal untuk berdakwah, menyeru masyarakat untuk menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Karena latar belakang aktivis yang beragam dan yang menggeluti ilmu agama adalah segolongan kecil dari mereka, sementara semua aktivis dituntut untuk juga mengetahui masalah-masalah agama dan ini harus difasilitasi. Aktivis yang berkafaah syar’’i dapat mentransformasikan ilmunya kepada aktivis lain yang bukan kafaah syar’i.

Allah berfirman:

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)

Harapan dari program tatsqif dan ta’lim adalah pengenalan dan pendalaman masyarakat terhadap nilai-nilai Islam serta dari interaksi dengan masyarakat dalam satu acara yang sama dapat mengeratkan ikatan ukhuwah islamiyah.


2. Menghadiri majelis-majelis ta’lim yang mengajarkan pemahaman Islam yang shahih dan kamil mutakamil



Program dan kegiatan keilmuan yang selain menjadi sarana peningkatan tsaqafah islamiyah dai, juga dapat menjadi sarana untuk mengeratkan ikatan ukhuwah antar sesama aktivis.


3. Membaca kitab atau buku yang bermanfaat


Bagi yang menguasai bahasa Arab, diharapkan memperbanyak membaca kitab-kitab utama dalam ajaran Islam. Bagi yang tidak menguasai bahasa Arab diharapkan juga banyak membaca buku terjemahannya.


4. Mendengarkan atau menyaksikan rekaman materi dari rekaman muwajjih


Rekaman materi yang telah disampaikan oleh muwajjih dalam acara tatsqif atau ta’lim dapat dimanfaatkan oleh aktivis lain yang tidak hadir atau berbeda tempat tinggalnya. Rekaman materi keislaman akan sangat bermanfaat jika dapat mengoptimalkan pemanfaatannya.


5. Mengunjungi website yang berisi tsaqafah islamiyah seperti situs dakwatuna.com ini.



6. Dan metode lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat.


Penutup


Di antara peran muwajjih yang dapat dioptimalkan untuk penyebaran nilai-nilai Islam adalah sebagai berikut:


1. Meningkatkan wawasan keislaman (tsaqafah islamiyah) aktivis sehingga ma’nawiyahnya juga ikut meningkat. Dengan ma’nawiyah yang tinggi, aktivis akan mudah diarahkan untuk pengembangan dan kemenangan dakwah. Manajemen tarbiyah aktivis harus menggulirkan salah satu program pengokohan ma’nawiyah aktivis, baik program tatsqif maupun mabit.



2. Meningkatkan tsaqafah aktivis agar aktivitas dan kerjanya berkualitas serta tidak terjebak dengan hal-hal yang kontra produktif. Pemahaman aktivis terhadap ajaran Islam dan permasalahan kontemporer yang dihadapi dakwah dalam perjalanannya harus seiring dan sejalan. Permasalahan dakwah sekarang ini pasti berbeda dengan tantangan dan rintangan dakwah pada masa-masa sebelumnya. Aktivis yang memiliki pemahaman keislaman yang senantiasa berkembang, dengan tetap menjaga tsawabitnya, tentu dapat terus terlibat secara optimal di tiap fase dakwah. Selain melalui tarbiyah dzatiyah, manajemen tarbiyah juga harus menyiapkan program peningkatan tsaqafah aktivis, baik dalam liqa tarbawi pekanan maupun program tarbiyah tsaqafiyah yang diselenggarakan lembaga.



3. Memberikan jawaban atas permasalah agama yang sedang dihadapi aktivis. Hendaknya muwajjih dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan aktivis yang ingin mengetahui permasalahan yang sebenarnya dari sudut pandang syariat. Jawaban yang memuaskan tentu akan membangun mentalitas aktivis, kepercayaan aktivis terhadap perjalanan dakwah.


Wallahu a’lam

Rabu, 25 Agustus 2010

Akan menjadi apakah saya?

Ini adalah awal saya menulis lagi, ya...menulis yang sesungguhnya bukan menulis laporan akhir praktikum seperti biasanya. oiya, bukan juga menulis laporan pertanggungjwaban dari amanah yang saya geluti. ini adalah tulisan (layak disebut tulisan ga sih?) dan coretan mengenai isi hati saya dari lubuk hati yang terdalam...(lebay...)

dihari ini ingin saya bercerita tentang kisah hidup saya, ya...kisah hidup sehari-hari. kisah hidup yang membuat saya terbelenggu dalam ritme kuliah dan praktikum yang menyibukkan. ritme yang mungkin saya syukuri tidak membuat saya merasa lalai...semoga kesibukkan ini ALlah menilainya sebagai pahala...aminn

nih, kaya' gini nih kegiatan yang biasa saya lakukan...









itu temen saya nadia putri..lagi sibuk praktikum fitokimia








nah, kalo yang ini saya lagi praktikum farmakologi...









yang terakhir ini yang paling keren, kita lagi praktikum teknologi formulasi sediaan steril, bikin produk-produk yang mesti steril, kaya' tetes mata, salep mata, dll..





yah,kegiatan di atas mengikat saya hingga saya seperti terbelenggu dalam labirin...(jiah...lebay)
semakin banyak ilmu farmasi yang saya pelajari semakin saya menyadari bahwa ilmu Alloh itu sangat luas, namun, semakin membuat saya sadar, sebenarnya bagian dari farmasi yang mana yang saya sukai...sungguh, hal itulah yang membuat saya tertegun, akan menjadi apoteker yang seperti apakah saya di masa depan?

dulu, saya hanya manut-manut saja pada ayah dan ibu, pikir saya sudah bukan saatnya lagi saya berpikir suka atau tidak, tapi saatnya saya berpikir yang terbaik untuk ayah dan ibu.

tapi, saat ini berkali-kali saya berpikir

akan menjadi apakah saya?