PENENTUAN DAYA HAMBAT DARI SUATU SEDIAAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTISEPTIK ATAU DESINFEKTAN TERHADAP BAKTERI UJI
TUJUAN
Menentukan daya hambat suatu sediaan yang berpotensi sebagai antiseptika atau desinfektan, dengan membandingkan terhadap standar fenol (koefisien fenol).
PRINSIP
Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel dengan pengenceran tertentu
MIC ( konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu
Metode pegenceran bertingkat
Dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah dari konsentrasi awal dengan volume yang sama
Metode turbidimetri
Menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan
V1 C1 = V2 C2
Hasil kali konsentrasi dengan volume senyawa yang semula digunakan adalah sama dengan hasil kali konsentrasi senyawa tersebut dalam volume setelah pengenceran.
TEORI
Dalam berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal, bahkan mungkin menggunakan beberapa produk keperluan rumah tangga, laboratorium, atau rumah sakit yang bernama desinfektan. Tidak jarang istilah desinfektan dirancukan dengan istilah lain yakni antiseptik. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda. Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian (Rismana, 2008).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.Walaupun kita sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya belum mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan (Rismana, 2008).
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini :
Golongan aldehid
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5% . Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid
daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat (Rismana, 2008).
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding formaldehid, Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau 0,1 mg/l. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).
Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk membunuh virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transport (Rismana, 2008).
Golongan halogen
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan fenol
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif. Golongan garam amonium kuarterner Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida (Rismana, 2008).
Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus terutama untuk desinfeksi peralatannya. Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.
Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik
yang sangat susah untuk dimatikan (Rismana, 2008).
Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Gambar Struktur Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Aditya, 2009).
Bacillus subtilis
Bacillus subtilis berasal dari famili Bacillaceae, bersifat aerob berbentuk basil dan merupakan bakteri gram positif yang membentuk endospora. Umumnya bekteri ini bersifat saprofit yang hidup di tanah, debu, tumbuh – tumbuhan, dan air. Jika hidup pada jaringan manusia, dapat menyebabkan infeksi, seperti infeksi mata.
Rangkaian genom lengkap dari Bacillus subtillis adalah bakteri gram positif pertama. Rangkaian genom ini memberi pengetahuan signifikan terhadap kapasitas bakteri untuk digunakan secara luas sebagai sumber karbon dan untuk mensekresi enzim penting bagi industri dalam jumlah yang besar. Rangkaian ini setidaknya mengandung sepuluh pro fage atau lebih, yang berperan penting untuk infeksi bakteri dalam transfer dari gen selama perkembangan evolusi bakteri.
Publikasi dari rangkaian genom lengkap bakteri gram positif, Bacillus subtilis, memberikan kontribusi yang sangat besar untuk mempelajari bakteri lain dalam golongan ini. Bakteri gram positif mencakup beberapa pathogen pada manusia, seperti penyebab Botulisme, Pneumonia, dan Tuberkulosis. Genom Bacillus subtilis menghasilkan banyak gen yang mengkode transkripsi regulator. Gen ditemukan sebanyak 77 tipe yang berbeda dari protein pentransfer, yang dapat mengambil nutrisi untuk bakteri dan mengeluarkan racun seperti antibiotik.
Media Nutrient Broth
Penyiapan media pertumbuhan mikroorganisme harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan bakteri supaya dapat tumbuh membentuk koloni dan harus steril sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan.
Media pertumbuhan dasar untuk bakteri adalah Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Tryptic Soy Broth (TSB), dan Tryptic Soy Agar (TSA).
ALAT DAN BAHAN
Alat :
Tabung reaksi besar dan kecil
Rak tabung
Volime pipet berukuran 1 mL dan 10 mL
Labu ukur 100 mL
Ose dan kompor spiritus
Stopwatch
Inkubator
Bahan :
Sediaan uji (Fenol)
Bakteri uji Bacillus Subtilis
Nutrient Broth (NB)
Fenol
Air suling
Pelarut sediaan uji
PROSEDUR
Buat larutan standar fenol dengan konsentrasi 2,5 % b/v atau 2,5% v/v.
Rencanakan pengenceran dan hitung konsentrasi larutan pada masing-masing tabung besar.
Buat 6 pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dan larutan standar fenol dengan air suling steril dalam tabung-tabung reaksi besar, sebagai berikut :
Tabung Konsentrasi Fenol Larutan fenol yang dipipet Air suling steril yang ditambahkan Yang dibuang Total yang diperlukan
A 1/40 5 0 0 5
B 1/50 4 1 0 5
C 1/60 4 2 1 5
D 1/70 4 3 2 5
E 1/80 4 4 3 5
F 1/90 4 5 4 5
Isi 36 tabung reaksi kecil dengan 1mL NB
Susun tabung-tabung besar dan kecil dalam rak tabung. Baris pertama terdiri dari 6 tabung besar yang berisi hasil pengenceran, beri tanda A, B, C, D ,E dan F. Baris kedua berisi 6 tabung kecil yang berisi NB double strength, beri tanda a1, b1, c1, d1, e1 dan f1.. Baris ketiga sampai keenam masing-masing berisi 6 tabung kecil berisi NB biasa, beri tanda a2, b2, c2, d2, e2, f2 sampai a6, b6, c6, d6, e6 dan f6. Buat susunan ini untuk sediaan uji dan standar wipol
Masukkan suspensi bakteri uji pada masing-masing tabung besar secara berurut, dengan rentang waktu 30 detik
Masukkan masing-masing 1 ose larutan dari tabung A secara berurut ke tabung a1, a2, a3, a4, a5 dan a6 selama 2,5 menit. Lakukan juga untuk tabung B, C,. D, E dan F.
Buat 1 kontrol positif dan 1 kontrol negatif. Kontrol positif terdiri dari 1 mkL NB dan 1 ose bakteri. Kontrol negatif hanya berisi 1 mL NB.
Inkubasikan semua tabung kecil pada suhu 37C selama 18-24 jam. Amati kekeruhan yang terjadi, bandingkan dengan kontrol positif dan negatif.
Tentukan dimana koefisien fenolnya
Koefisien fenol= ((konsentrasi bening pertama+koefisien bening terskhir)sediaan uji )/((konsentrasi bening pertama+konsentrasi bening terakhir)standar fenol)
Bagan Pengerjaan Koefisien Fenol
DATA PENGAMATAN
Waktu 2,5 menit 5 menit 7,5 menit 10 menit 12,5 menit 15 menit
Konsentrasi
A - - + - + -
B - - + + - +
C - - - - - -
D - - + - - +
E - - - - - +
F - - + + + -
Keterangan:
(-) : bening
(+) : keruh
Gambar Hasil Pengamatan Setelah Inkubasi
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Kelompok E
Kelompok F
PERHITUNGAN
Variasi Pengenceran
V1 . N1 = V2 . N2
Konsentrasi Awal (A) = 1⁄40
Konsentrasi B
V1 . N1 = V2 . N2
4 . 1⁄40 = V2 . 1⁄50
V2 = 5 ml
Konsentrasi C
V1 . N1 = V2 . N2
4 . 1⁄40 = V2 . 1⁄60
V2 = 6 ml
Konsentrasi D
V1 . N1 = V2 . N2
4 . 1⁄40 = V2 . 1⁄70
V2 = 7 ml
Konsentrasi E
V1 . N1 = V2 . N2
4 . 1⁄40 = V2 . 1⁄80
V2 = 8 ml
Konsentrasi F
V1 . N1 = V2 . N2
4 . 1⁄40 = V2 . 1⁄90
V2 = 9 ml
Koefisien Fenol
Koefisien fenol = ((konsentrasi bening pertama+koefisien bening terakhir)sediaan uji )/((konsentrasi bening pertama+konsentrasi bening terakhir)standar fenol)
= (1⁄40+ 1⁄90)/(1⁄20+ 1⁄90)
= 0,0361111/0,0611111
= 0,59
PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul Penentuan Daya Hambat dari Suatu Sediaan yang Berpotensi sebagai Antiseptik atau Desinfektan terhadap Bakteri Uji ini bertujuan untuk membandingkan daya hambat dari suatu desinfektan terhadap bakteri uji dengan baku pembanding yakni fenol. Namun pada percobaan ini yang dilakukan praktikan, yaitu menguji kekuatan fenol sebagai baku pembanding desinfektan lain terhadap strain bakteri yang sama yaitu Bacillus subtilis. Percobaan diawali dengan pengenceran fenol menjadi beberapa macam konsentrasi. Pengenceran dilakukan secara bertingkat hingga akhirnya diperoleh konsentrasi tabung A = 1/40; tabung B = 1/50; tabung C = 1/60; tabung D = 1/70; tabung E = 1/80; dan tabung F = 1/90. Tabung yang telah berisi fenol dengan kadar yang berbeda-beda tersebut kemudian ditambahkan suspensi bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 0,2 ml. Pada saat menambahkan suspensi bakteri, digunakan volume pipet dan harus dalam keadaan aseptis untuk mencegah kontaminasi dari luar sehingga hasil yang didapat menjadi lebih akurat.
Bakteri yang telah dimasukkan ke dalam 6 tabung besar berisi pengenceran fenol tadi kemudian dipindahkan lagi dari tiap tabung besar tersebut ke dalam 6 tabung reaksi kecil yang berisi Nutrient Broth, sebanyak satu ose. Setiap tabung besar memiliki 6 tabung kecil sehingga jumlah tabung kecil yang berisi Nutrient Broth adalah sebanyak 36 tabung. Pemindahan suspensi bakteri dari tabung besar dilakukan dengan menggunakan ose yang sudah difiksasi sebelumnya. Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas dan bakteri tidak mati. Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose tidak terkontaminasi dengan bakteri dari udara. Penanaman bakteri dilakukan pada interval 30 detik antar tabung kecil, dengan urutan tabung A1 hingga F1 dahulu, baru kemudian A2 hingga F2 dan seterusnya. Penanaman bakteri pada tabung F bersamaan dengan penanaman pada tabung A selanjutnya. Jadi, tabung F1 bersamaan dengan tabung A2. Karena waktu yang diperlukan dalam menguji kekuatan fenol adalah 18-24 jam, sedangkan untuk kekuatan mata untuk melihat dan mengawasi tidak mungkin selama itu, maka digunakan waktu tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5 menit, paling lama 15 menit. Sehingga waktu penanaman bakteri dalam NB dari tabung berisi fenol masing-masing berselang 30 detik hal ini dapat memperlihatkan perbandingan bahwa waktu kontak yang semakin lama akan mempengaruhi keefektifan fenol dalam menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis.
Bakteri yang digunakan pada uji dengan fenol dan desinfektan lain yang akan dibandingkan kekuatannya dengan fenol adalah sama. Proses penanaman bakteri yang dilakukan juga sama. Dan pada kondisi yang sama, maka dapat dibandingkan keefektifan suatu desinfektan dengan fenol, sehingga diperoleh suatu hasil perbandingan berupa pecahan yang disebut koefisien fenol. Nilai tersebut didapat berdasarkan rumus :
Setelah semua tabung reaksi kecil ditanam dengan bakteri, kemudian tabung reaksi kecil (36 buah) diinkubasikan seluruhnya dalam inkubator selama 18-24 jam dan dilihat hasilnya. Jika hasil yang didapatkan pada tabung reaksi adalah keruh maka hasil positif, artinya pada tabung ada pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis. Sedangkan jika tabung reaksi bening maka hasil negatif, artinya bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri karena telah terbunuh oleh fenol.
Rentang waktu sangat berpengaruh pada percobaan ini karena bakteri hanya tahan terhadap desinfektan selama 30 detik. Jadi, bila rentang waktunya berlebih atau terlalu lama maka bakteri akan mati.
Hasil yang didapat dari percobaan kali ini membuktikan dengan jelas bahwa kekuatan fenol sebagai desinfektan yang kuat pada data pengamatan di tabung C (konsentrasi 1/60). Namun pada data pengamatan di tabung – tabung lainnya ternyata mengalami penyimpangan. Seperti misalnya pada tabung A dan B pada waktu kontak 7,5 menit mengalami kekeruhan sedangkan pada tabung C yang dengan waktu kontak yang sama yaitu 7,5 menit justru larutannya bening dan tidak mengalami kekeruhan. Dalam kadar 0,01-1%, fenol bersifat bakteriostatik dan larutan 1,6% bersifat bakterisida. Sehingga seharusnya pada konsentrasi yang makin tinggi maka aktivitas bakteri semakin tidak ada.
Tabung A yang kadarnya 0,0625%; tabung B 0,05%; tabung C 0,04%; tabung D 0.035%; tabung E 0,031%; dan tabung F dengan kadar 0,027%. Dan dalam kadar 0,01-1%, fenol bersifat bakteriostatik dan larutan 1,6% bersifat bakterisida. Dan kadar fenol yang digunakan dalam percobaan merupakan bakteriostatik, maka pertumbuhan bakteri hanya terhambat, tidak mati.
Kesalahan dan penyimpangan – penyimpangan yang telah terjadi pada percobaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut di bawah ini, yaitu :
Bakteri yang diambil sudah mati sebelum dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil karena ose yang difiksasi tidak dibiarkan dingin terlebih dahulu akibat waktu penanaman yang sempit 30 detik..
Pengenceran yang tidak tepat.
Kurang aseptis saat melakukan penanaman bakteri. Sehingga hasil yang seharusnya negatif tetapi menjadi positif (bakteri lain yang tumbuh).
KESIMPULAN
Koefisien fenol ………… yang dibandingkan dengan fenol yang merupakan desinfektan yang diuji dalam praktikum kali ini dan merupakan standar uji desinfektan lain adalah sebesar …………
1 komentar:
terimakasih... tulisan ini sangat berguna buat saya menulis laporan praktikum mikrobiologi..=)
Posting Komentar